Mirza Penggembala Jujur



Di sepanjang lereng pegunungan Taurus, terdapat danau asri yang bernama danau Van. Di seputar danau Van membentang hijau padang rumput bagai karpet raksasa. Pemandangan indah ini termasuk bagian desa Nurs, Kurdistan. 

Tatkala mentari pagi menunjukkan kemegahan cahayanya, seorang pemuda kampung menuntun beberapa ekor sapi menuju padang rumput. Mirza nama pemuda itu. Sebagaimana kebiasaannya, selepas sholat subuh, Mirza menggembala sapi dan lembunya. 

Meski berasal dari keluarga sederhana, Mirza dididik ayahnya untuk selalu jujur. Ia diajari untuk menghindari hal-hal yang tidak halal. Sehingga dalam menggembala, Mirza memastikan agar sapi-sapinya tidak memakan rumput atau tanaman orang lain. 

Mirza punya kebiasaan mengingat-ingat kebesaran Tuhan dengan berzikir. Ketika asik berzikir langkah penggembalaanya jauh memutari danau Van. Sampai di padang rumput, Mirza menautkan tali sapi-sapi pada pasak kayu lalu ditancapkan ke tanah. Sapi-sapi terlihat gembira melihat majikannya mempersilahkan mereka merumput sepuasnya. 

Di kejauhan di bawah pohon Ek, Mirza mengawasi dengan seksama. Sesekali Mirza duduk sambil mendaraskan ayat Al-Qur'an dengan lirih. Meski pengembala, Mirza ternyata termasuk tahfidz. Ia hafal seluruh kalimat dalam Al-Qur'an. 

Tenggelam dalam kidungnya, pengawasan Mirza lepas saat ia sedang sholat Dhuha di bawah pohon Ek. Sapi jantan yang paling besar menghilang dari pandangan. Pasak yang mengekang sapi besar ini tercabut. Sapi lari entah kemana. 

Mirza kebingungan tapi tidak panik. Lantas, ia berlari mencarinya. Setelah beberapa waktu, tanya sana tanya sini akhirnya sapi jantan itu ditemukan. Sapi ini sedang asik merumput di ladang orang. Sekonyong-konyong, Mirza menarik sapi itu dan menambatkan agak jauh didekat pagar turus. 

Mirza khawatir, pemilik ladang tidak berkenan karena sapinya makan rumput di sana tanpa ijin. Ia mendatangi rumah pemilik ladang untuk minta maaf sekaligus memohon agar rumput yang dimakan sapinya diikhlaskan. 

’tok tok tok, Assalamu'alaikum.'
Dijawab dari dalam rumah
'Waalaikumsalam'

'Maaf Pak, saya lalai sehingga sapi saya masuk ke pekarangan bapak tanpa ijin. Mohon bapak berkenan menghalalkan rumput yang telah dia makan jika berkenan. Namun jika tidak, saya siap bertanggung jawab mengembalikan sesuai permintaan bapak.' kata Mirza mengiba. 

'Sebentar. Katakan dulu siapa namamu, darimana asalmu siapa orang tuamu?'

Nama saya Mirza, saya berasal dari desa Nurs, ayah saya bernama Ali dan ibu saya bernama Aminah. Tolong jangan laporkan kejadian ini pada orang tua saya. Saya siap melakukan apa saja. 

Dalam hati Molla Thahir, bapak pemilik lahan, 'bagus sekali pemuda ini, jarang ada pemuda jujur dan bertanggung jawab seperti dia.'

Tolonglah pak, sekali lagi mohon jangan laporkan pada orang tua saya. Saya takut melihat mereka kecewa karena saya lalai, tidak becus menjaga sapi ini. 

Molla Thahir mengangguk tanda beliau mengikhlaskan rumputnya. 

Mirza sangat lega. Ia pamit mengucap salam sambil mencium tangan Molla Thahir. 

----

Lain kali kamu jangan kabur ya Pi, Sapi! 
Gumam Mirza sambil membimbing sapi dan lembu pulang. 

Sesampainya di rumah, sapi dimasukkan ke kandang. Selesai bersih-beraih Mirza masuk ke rumah. 

Namun alangkah kagetnya, bapak pemilik ladang yang mau ia laporkan kepada ayahnya sedang duduk berbincang dengan ayahnya. 

Mirza duduk terpekur dihadapan dua orang tua alim ini. Ali, ayah Mirza menjelaskan bahwa Molla Thahir adalah sahabat lamanya. Berkat sapi nyasar, akhirnya beliau bisa bersilaturahmi lagi dengan ayah. 'Sudah belasan tahun kami tidak berjumpa. Setelah Molla mengenal namamu, beliau ini akhirnya menemukan ayah di sini.’

Mirza manggut-manggut sambil memerah wajahnya karena malu. 

Molla Thahir dan Ali hampir bersamaan 'bagaimana kalau kita menikahkan anak kita? ’ lalu bertanyalah kepada Mirza 'bagaimana kalau kamu menikah dengan Nuriye putri Molla Tahir?'

Sebagai anak yang patuh pada orang tua Mirza menyetujui. 

-----

Kemudian Mirza dan Nuriye menikah. Ia tinggal di rumah sederhana di dekat danau Van. Kejujuran dan tanggung jawab Mirza, membawnya kepada keberkahan. Mereka menjadi keluarga yang saling menyayangi. Setiap hari, mereka berdua tidak lepas dari wudhu. Sebab mereka berdua hobi membaca Al-Qur'an dan terus menghafalnya. 

----

Dari pasangan itu lahirlah tokoh besar yang diberi nama Sa'id. Sa'id adalah manusia ajaib yang membawa pencerahan ketika Khalifah Utsmani runtuh menjadi negara sekuler Turki. Beliau berjuang agar masjid kembali ramai, berjuang menghapus larangan membaca Al-Qur'an. Dan mendirikan Universitas Medinatuz Zahra. Serta beliau juga menulis beberapa kitab, salah satu yang terkenal yaitu kitab Risale'i Nur. Atas jasa beliau, Said mendapat julukan Bediuzaman Sa'id Nursi yang artinya Said sang keajaiban zaman yang berasal dari desa Nurs. 

Bediuzzaman said Nursi

Kejujuran membawa apa yang kita kerjakan menjadi berkah. Kejujuran meski kadang berat dipraktikkan, selalu berbuah manis bagi mereka yang gigih mempertahankannya. 

Dinukil dari Novel sejarah Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy

Sumber gambar Sa'id Nursi: https://www.instagram.com/nur.deryasii?igsh=MXUzdmFndjg1OXpmZQ==




Komentar