Pilu Seorang Veteran


 Korea adalah satu diantara beberapa negara yang memberlakukan wajib militer. Setiap warga negara harus melalui rangkaian latihan militer, ditugaskan di luar negeri dan bahkan berperang. Wajib militer ini disisipkan dalam pembelajaran sebagai syarat kelulusan. Siswa dengan umur 18 tahun harus melaksanakan wajib militer hingga hampir dua tahun lamanya. Setelah itu, kembali ke sekolah untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya. 

Bapak Seo Hyuk dan istrinya ibu Han Yora sepakat bahwa saat-saat ini adalah waktu yang paling membahagiakan bagi mereka. Anak semata wayangnya dua minggu lagi akan pulang kampung karena telah menyelesaikan masa wajib militernya. 

Telepon berdering, ibu Han Yora buru-buru mengangkat. Ia sangat berharap itu telepon dari putranya, Haebeom. "Appa, eoma, apa kabar?" Suara Haebeom. "Kami berdua baik-baik semua nak. Kamu gimana? Kami tidak sabar ingin segera menjemputmu. "

"Jangan buru buru eoma. Jeo (aku)  harus menyelesaikan administrasi lebih dulu di kantor militer Busan (nama kota di Korea)."

"Baiklah kalau begitu. Kabari eoma secepatnya kalau kamu sudah siap untuk kami temui. " Jawab ibu. 

Haebeom melanjutkan "Eoma, saya punya Sahabat yang kebetulan saat ini cacat karena perang. Dia telah berjasa menyelamatkan saya dari jebakan ranjau darat. Namun kini dia kehilangan kaki, tangan patah dan wajah menjadi buruk rupa. Saya merasa hutang budi padanya. Menurut Eoma, bagaimana kalau kita ajak dia ke rumah dan kita rawat bersama?! "

Dari ujung telepon “Kita ini keluarga sempurna Haebeom, rasanya tidak mungkin ada orang cacat menjadi anggota keluarga kita. Apa kata tetangga dan teman-temanmu nanti kalau ada orang buntung di rumah kita? "

"Bagaimana kalau sahabatmu kita titipkan saja di panti rehabilitasi atau rumah orang cacat? " Usul eoma-nya (ibunya) 

“Baiklah kalau itu yang eoma inginkan. Namun, biar tidak merepotkan, tolong tidak usah jemput saya. Saya akan pulang sendiri jika semua sudah siap. " Jawab Haebeom parau suaranya. 

.... 

Lebih dari dua minggu, bahkan mendekati satu bulan tidak ada kabar dari Haebeom. Akhirnya kedua orang tua ini berkemas untuk langsung mendatangi barak militer tempat anaknya berada. 

Sesampai di barak, komandan menyambut mereka berdua dengan ramah. 

"Kami hendak menjemput Haebeom putra kami, apakah bisa kami temui sekarang?“

Komandan agak terkejut dan akhirnya termangu. Sebab, Haebeom sudah pamit pulang menemui bapak ibu di rumah lebih dari sebulan yang lalu. 

Ibu Han Yora pingsan mendengar hal itu. 

Seketika itu juga, sepasukan militer diperintahkan komandan untuk menemukan keberadaan Haebeom. 

.... 

Tiga hari kemudian, orang tua Haebeom menerima kabar di mana anaknya berada. Karena lama memendam rindu mereka secepatnya langsung meluncur. 

.... 

Beberapa menit setelahnya, Bapak Seo Hyuk, Ibu Han Yora dan anak mereka Haebeom bertemu dalam satu ruang. Ruang yang mirip bangsal rumah sakit karena tempat itu adalah balai rehabilitasi orang cacat. Akan tetapi kondisi Haebeom sangat mengenaskan. Selain kaki tangan tidak ada dan muka remuk, badannya sangat kurus. 

"Semenjak selesai telepon tiga minggu lalu, Haebeom seperti hilang semangat. Dan dia menolak untuk pulang. Kami sudah berupaya maksimal agar ia paling tidak mau makan rutin setiap hari. Tapi dia selalu menolaknya. " Kata perawat. 

"Kenapa pihak panti rehabilitasi tidak menghubungi kami?" Kata ibu Han Yora agak marah. 

"Haebeom bilang ia tidak punya ayah ibu atau saudara lainnya“ jawab perawat. 

Karena hati lelah dan perih, pupus semangat serta tidak mau makan, kondisi Haebeom semakin memperihatinkan. 

Tiba-tiba nafasnya tersengal dan pada hempasan paling keras, Heobeom meninggal dalam pedih. Jiwa Heobeom lepas dari raga di hadapan kedua orang tuanya. 

Kedua orang tua ini baru sadar bahwa 'sahabat cacat' yang dulu diceritakan anaknya adalah dirinya sendiri. 

Ibu Han Yora menjerit. Ia menyesal tidak mau menerima 'orang cacat' itu yang ternyata adalah putranya sendiri, Heobeom. 


Komentar