Di suatu desa, penduduk hidup dengan tenang. Mereka menikmati tiap harinya dengan berladang dan berkebun. Gandum, jagung, kedelai dan padi tumbuh subur, menghasilkan panen yang melimpah.
Pak Janjrit merupakan satu diantara para peladang yang paling kaya. Ladang berhektar-hektar luasnya. Panen pak Janjrit tentu sangat melimpah. Namun kekayaan dia ini masih belum membuat dia merasa cukup.
Suatu hari datanglah orang asing menawarkan emas. Kata orang asing itu, emas sangatlah berharga. Nilai satu gram emas setara dengan 20 karung gandum. Pak Janjrit terkesima. Ia takjub dan tertarik menukar ratusan karung gandum dengan satu dua kilo emas.
Penduduk lain juga ada yang menukar hasil bumi mereka dengan emas orang asing tadi. Akan tetapi pak Janjrit lebih dari itu. Dia begitu menggilai emas hingga lambat laun tanahnya ikut terjual. Istri dan anak tidak dipedulikan lagi.
Selang beberapa bulan, krisis pangan melanda desa itu. Hasil bumi sudah ditukar semua kepada orang asing. Keadaan berbalik. Kini penduduk dan pak Janjrit harus menjual emas untuk membeli gandum. Karena musim paceklik begitu lama, emaspun habis untuk membeli bahan pangan.
Lambat laun, ladang dan sawahpun terjual untuk ditukar emas dan membeli pangan dari orang asing.
Orang asing ini akhirnya menjadi penguasa di desa itu. Bahan pangan, gandum jagung bahkan tanah sudah menjadi milik orang asing ini. Begitupula dengan emas yang dengan mudah telah kembali ke genggaman orang asing.
Pak Janjrit dan penduduk desa gigit jari. Akibat tergila-gila pada emas, kini mereka menjadi kuli di desa mereka sendiri.
Komentar