He is aint heavy, he is my brother








Kok bisa ya, anime (kartun jepang) Grave of Fireflies mengharu biru sedih seperti itu? Sepertinya sekotak tisu putih belum cukup untuk menghapus air mata penonton yang meseresapi alur film Gibli ini. 

Anganku melayang teringat pada kisah nyata sepasang kakak adik kecil berjibaku diantara perang dan bom! 

Tersebutlah seorang kakak sekira umur 12 tahun. Ia berlari tertatih-tatih menghindari hujan peluru dan gempuran bom. Sedangkan di punggungnya, ia menggendong adik satu satunya yang berumur sekitar 9 tahun. Si adik terkulai menempel di punggung sang kakak pasrah dibawa lari ke mana saja. 

Sesekali para tentara yang sedang berperang membimbing mereka menuju bebatuan agar tidak tertembak musuh. Suasana perang sungguh menyakitkan. Bayangkan, nyawa seolah tiada harganya. Begitu mudah malaikat maut menerbangkan jiwa saat perang berkecamuk. 

Ayah kedua anak ini telah gugur, mempertahankan tanah air dari penjajah. Ibu juga meninggal akibat perang ini. Gempuran musuh tiada henti, memaksa pejuang mundur hingga ke hutan. 

Perang masih menggelegar, lautan api melahap apa saja yang dilewati. Sementara desing senapan dan teriakan mereka yang luka membahana memenuhi angkasa. 

Sekuat tenaga sang kakak merangsek diantara pengungsi dan tentara. Dia tidak pernah diam. Dia terus berlari menjauhi kejamnya perang. 

Para pengungsi dan tentara memandang takjub. Namun juga kasihan. 'Tinggalkan saja beban itu. Pergilah! Larilah agar kamu selamat nak!' kata seorang tentara yang iba. Bocah itu memandang sejenak lalu pergi. 

'Iya lepaskanlah dia dari punggungmu. Untuk apa kamu bersusah payah menggendongnya? Bukankah dengan melepasnya kamu lebih leluasa?'

Karena desakan pertanyaan itu, akhirnya bocah kurus itu berucap satu kalimat 'he is ain't heavy, he is my brother. Dia tidak berat, dia ini adikku'. Kalimat itu simpel tapi menggetarkan. Suara parau yang keluar dari bocah ini ternyata melecut semangat para tentara. 

Lalu. 

Tentara yang tadinya mundur, secara serempak maju menyerang penjajah. Seolah mendapat power dari kalimat sakti itu, mereka semua teriak, he is ain't heavy, he is my brother!

Semesta mendukung dan ajaib, tentara yang tadinya lelah serta dengan senjata seadanya mampu memukul mundur musuh. 

Sementara itu, si bocah tiba di tempat kremasi (pembakaran jenasah) masal. Dari awal, sejak orang-orang menyuruhnya menurunkan adiknya, ia sudah tahu kalau adiknya sudah menjadi jasad tak bernyawa. 

Jadi selama ini ia menggendong mayat adiknya untuk dibawa ke pusara tempat peristirahatannya yang terakhir. 

Kejadian ini menggema ke seluruh dunia. Semangat bocah kecil ini memompa semangat anti perang. 

He is ain't heavy, he is my brother. 



Sumber foto: 

https://www.ripplesnigeria.com/fact-check-the-story-behind-the-picture-of-a-japanese-boy-carrying-his-dead-brother/


-------


Begitulah cinta kakak pada adiknya. Kekuatan kasih kakak menggetarkan hingga perangpun terhenti. Menang kalah, perang hanya akan menyisakan penderitaan dari semua pihak. Cinta saudara adalah wujud cinta pada sesama. 


Komentar