Tahun ini ternyata kali ketiga kedatangannya. Salah Edinne Boudjadaar nama lengkapnya. Awal pertemanan kami dimulai karena dikenalkan teman. Lalu lewat media sosial ngobrolpun berlanjut. Entah kami dulu ngomong apa, sehingga tanpa diduga ia datang ke desa kami dari kota Lyon nan jauh di Prancis sana.
Kami masih ingat sekitar tahun 2010 saat itu ia masih lajang. Ia datang sebagai voluntir atawa suka relawan. Sehingga kami mengajaknya ke berbagai sekolah sebagai pengajar bahasa Prancis, bahasa Inggris atau materi lain sesuai kebisaannya.
Mungkin karena berkesan, ia datang lagi tahun 2017 bareng seorang teman. Azeddin nama temannya. Dan...
Tahun ini ia datang lagi bersama istri, adik laki-laki dan dua teman lainnya. Namun, saat di bandara, istri Salah mendadak kurang enak badan. Kemudian jadinya empat orang datang: Salah Edinne Boudjadaar, adiknya: Youness Boudjadaar, Théo Averly dan Quintin Choquer.
Seperti biasa, mereka kami ajak ke beberapa sekolah untuk bertukar budaya. Di SMA 2 dan di SMA 3 mereka ngobrol tentang perbedaan sekolah di Prancis dan di Indonesia.
Keempat bule itu juga terlihat antusias saat berlatih bersama siswa-siswi MTs Al Kholifah Ngepungrojo. Mereka belajar bersama mulai dari sholawat, baca quran dan latihan bela diri.
Di ponpes Ittihadul Muwahidin kita diskusi serius tentang bagaimana berislam di Prancis.
Sedangkan di SMP Luqman al Hakim, kita ngobrol seru mengulik pengalaman Quintin menemukan hidayah. Quintin bersyahadah saat usia 17 tahun. Masih muda. Ia dapatkan oleh motivasi sendiri karena banyak gundah hatinya terjawab melalui islam.
Suatu Jumat, kami melaksanakan sholat Jum'at di masjid sekolah Luqman al Hakim. Selesai wudhu, kami berpencar untuk menemukan shaf kami sendiri. Saat itulah londo Quintin ini masuk melalui pintu kanan. Tanpa dosa dan dengan senyum polos menengadahkan tangan ke arah khotib yang sedang berkhotbah.
Karena khotib seolah tidak ada reaksi, si bule Quintin ini mengacungkan tangan lagi sebagai tanda akan sholat di masjid ini. Nah disinilah, khotbah terhenti dan khotib membalas lambaian Quintin.
Kami ynag melihat kejadian itu cekikikan, tidak kuat menahan tawa. Sebagian kecil jemaah juga demikian. Baru kali ini ada interaksi langsung antara khotib dan jemaah.
Hu ha ha ha 😂😂😂😂
Komentar