Pukulan ke 101

Seorang petani dan cucunya, bejalan pulang dari ladang. Mereka menyusuri sungai seperti biasanya. Di sana ada seorang penambang batu sedang berjibaku dengan palu besarnya. Pak tani dan cucu berhenti sejenak memandang si penambang yang bernama pak Trijono. 

Di dekat kali tempur, Pak tani dan cucunya memerhatikan Pak Trijono memukul batu dengan godamnya. Sekali dua kali tiga kali dan seterusnya seperti tidak terjadi apa-apa. Batu itu seolah tak bergeming dengan tempaan godam yang keras dan menggetarkan. 

Namun pak Trijono tidak putus asa, terus memukul dititik sama hingga 100 kali. Dan pada kali ke 101 barulah cadas itu pecah, terbelah menjadi dua. 

Si cucu itu tercenung, ia menanyakan pada sang kakek, apakah penyebab pecahnya batu karena pukulan yang terakhir? Jika iya, berarti pukulan dan tempaan sebelumnya tidak ada gunanya. 

Sang kakek, pak tani dengan bijak berbicara, yang menyebabkan batu itu pecah adalah semua pukulan dari kali pertama hingga ke 101 tadi. Setiap pukulan, walaupun terlihat sia-sia, sebenarnya menjadi awal penyebab terbelahnya cadas keras itu. Tanpa pukulan-pukulan sebelumnya, pukulan terakhir tidak akan memecah batu begitu rupa. Jadi, kesabaran berperan penting pada keberhasilan. 

Terkadang kita menyerah pada satu titik. Padahal satu langkah lagi kita akan meraih sukses. Dan tidak jarang, jatuh bangun upaya di awal dianggap seperti tidak berarti apa-apa. Padahal setiap pukulan, setiap tempaan memiliki pengaruh yang sama besar. Sama penting. Sama pengaruhnya. 

Demikianlah, tukang batu itu akan terus dan terus tanpa menyerah mengayunkan godam ke cadas. Berulang-ulang tanpa menyerah. Sebab ia yakin, entah pukulan ke berapa, cadas keras ini pasti pecah pada saatnya. 

"Tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Semua berdampak. Berdampak baik bagi kita yang berpandangan positif. Sebaliknya, berdampak buruk bagi kita yang pendek dalam berpikir."

Istilah: Godam=palu besar