Di sebuah desa di pesisir timur pulau Jawa tersebutlah seorang tokoh yang agak aneh perilakunya. Belau ini sering sumpah serapah, meracau dan terkadang seperti mencaci pada siapa saja. Orang tua, orang muda bahkan anak kecil kerap menjadi sasaran ujarannya yang kadang membuat merah telinga.
Suatu ketika Mustofa kecil dan teman-temannya sedang bermain bersama. Tiba-tiba tokoh aneh ini muncul. Seketika anak-anak berhamburan lari kocar kacir. Ndoro Mat Amit datang! Ndoro Mat Amit datang! Teriak mereka sambil berlari.
'Heh kalian lari kemana monyet-monyet kecil?' Kata tokoh aneh itu yang sering dipanggil Ndoro Mat Amit. Kebanyakan orang tidak tahu nama asli beliau. Hanya panggilan Ndoro Mat Amit yang mereka kerap dengar.
******
Suatu malam pada bulan Rabiul Awal, Kyai Bisri mengadakan Mauludan (peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW) dengan melantunkan Al Barzanji bersama-sama. Semua semangat merapal syair-syair madah Al-Banzanji-nya Syeikh Jakfar Al-Barzanji.
Pada saat asyraqalan, di mana semua yang hadir berdiri sambil melantunkan shalawat mulai dari Thala'al Badru 'alainaa ... Ndara Mat Amit tampak menunduk-menunduk sambil menangis meraung-raung. Sementara di bagian lain terlihat pemandangan yang serupa: Pak Min, kusir dokar yang biasa mengantar Kyai Bisri bila bepergian agak jauh, juga menunduk-menunduk sambil menangis, meski tidak sekeras Ndara Mat Amit. Tentu saja sikap kedua orang itu menarik perhatian sekalian yang hadir.
Sontak Kyai Bisri bertanya penasaran pada Kang Min. 'Tadi saat asyraqalan Kang Min kok menunduk sambil menangis ada apa?'
'Lho nopo Kyai mboten pirso? Niki wau kanjeng nabi Rasulullah rawuh! ' (lho apa Kyai tidak melihat? Ini tadi baginda Nabi Rasulullah Muhammad SAW hadir!)
Tiba-tiba Ndoro Mat Amit menimpali. 'Kusir samber gelap. Begitu saja kamu pamer pamerkan!'
'Saya ditanya Kyai ya saya jawab.' Sudahlah Yik, Yik (panggilan Sayyid untuk Ndoro Mat Amit). Kamu tidak usah sembunyikan dirimu di balik kata-kata kasar dan sikapmu. Aku tahu siapa kamu sebenarnya.'
'Yo wis nek ngono ASSALAMU'ALAIKUM!' Ndoro Mat Amit pergi dari majlis begitu saja.
Esok paginya Kang Min juga pamit pada Kyai Bisri ayah dari Mustofa kecil. Kata beliau, Kang Min mau pulang ke desanya.
Mustofa kecil dan mungkin sebagian besar warga yang mengetahui peristiwa itu kebingungan.
Mustofa bertanya pada ayahnya. 'Kyai Bisri menjelaskan bahwa Ndoro Mat Amit sebenarnya adalah Sayyid Muhammad Hamid. Beliau masih dzuriyah Rasul. Sedangkan Kang Min sebenarnya adalah Kyai Mukmin.'
'Mereka berdua termasuk Wali Mastur yang menyembunyikan kesalehannya. Tidak sembarang orang mengetahui kewalian seseorang. Dan begitu identitas beliau berdua terbongkar, maka mereka menghilang. Tidak kembali lagi ke desa kita ini.'
Kehadiran wali ini membuat kita untuk belajar mawas diri. Jangan sampai merasa lebih hebat dari orang yang mungkin terlihat aneh. Jangan-jangan orang yang kita anggap aneh ini adalah kekasih Allah yang sedang berjuang memakmurkan bumi. Mereka menjadi guru para wali lainnya dalam tabir yang disamarkan oleh AllahAllah SWT.
Wallahu alam bishowaf.
Kisah ini disadur dari penuturan Kyai Mustofa Bisri yang pernah beliau tulis dalam cerpen beliau. Konon cerita ini kisah nyata dari pengalaman beliau saat masih kecil di Rembang.
Sumber :
http://www.imtiyaz.id/2013/05/ndara-mat-amit-cerpen-gus-mus.html?m=1#comments
Komentar