Di pojok kota, terpekur seorang pemuda gagah yang murung. Ia frustasi karena ia merasa manjadi orang paling sial di dunia. Ia ingin mengemis tapi malu. Mau melamar karja tidak ada lowongan. Mau mencuri takut dosa dan kalau ditangkap masa, nyawa taruhannya. Akhirnya ia hanya bisa menggerutu, meracau serampangan sambil meratapi hidup.
Kala matahari mulai memanaskan kulit, lewatlah seorang tua bungkuk di depan pemuda itu. Ia jalan tertatih sambil mendorong gerobak kosong. Tempe yang ia jajakan, sudah habis terjual. Melihat pemuda gusar itu, orang tua ini berhenti di depannya. Lalu terjadilah dialog antar keduanya.
'Apa yang membuatmu terlihat murung wahai Pemuda? Siang belum begitu terik namun kamu terlihat seperti sedang gundah gulana.'
'Benar Bapak Tua, aku merasa bagai orang termiskin di dunia. Lihatlah, tidak ada orang yang mau mempekerjakan aku. Aku seperti hidup sebatangkara.'
Orang tua ini mengeryitkan dahi. Lalu orang tua ini mengatakan sesuatu dengan nada serius.
'Pemuda, bagaimana kalau kubeli tenagamu seharga 2 juta. Agar aku tidak kesulitan mendorong gerobak ini?
'Pemuda menggeleng kepalanya'
'Pemuda, bagaimana kalau kau jual kepadaku rambut hitammu dan kencang kulitmu? Aku mau membelinya 2 ratus juta'.
'Dan bagaimana kalau kita tukar masa mudamu dengan masa tuaku? Akan aku bayar 2 milyar. Bagaimana kamu bersedia?'
Pemuda menggelang lagi.
'Tentu saja aku tidak mau orang tua.!' Pemuda ini sekita terbuka matanya. Ia terperangah bagai mendengar suara petir yang menggelegar.
'Nah, ternyata kamu tidak mau. Tidak tahukah kamu betapa kaya dan berharganya dirimu? Aku tawar Rp. 2.202.000.000 (dua milyar dua ratus dua juta) kamu tidak bersedia.'
Jadi, bagaimana bisa kamu merasa miskin sedangkan Tuhan sudah menganugrahi kamu dengan begitu banyak modal, kelebihan dan kekuatan? Yang diperlukan sekarang hanya sedikit tenaga dan usaha. Selebihnya, rejeki akan datang sendiri padamu.
Kini pemuda ini tergugah. Ia membusungkan dada dan bergerak ke pasar untuk menemukan sesuatu yang bisa ia kerjakan. Dengan modal kekuatannya, ia memungut sampah dari para pedagang. Pedagang senang pada pemuda ini. Sehingga para pedagang ini dengan senang hati memberi upah pada Sang Pemuda.
Komentar